Equiping The Whole Church
for The Whole World!
Edward Farley (1983) memetakan pendidikan teologi dalam sejarah gereja ke dalam tiga model dasar, yaitu: model biara (formasi spiritualitas dalam komunitas), model universitas (akademis), dan model klerikal (pendidikan profesional untuk pelayanan gerejawi). Namun seperti yang diulas oleh Benhard Ott dalam Understanding and Developing Theological Education (ICETE, 2016), seringkali model yang kita jumpai dalam pendidikan teologi hari ini merupakan modifikasi atau kombinasi antara model-model dasar tersebut.
Dalam anugerah Tuhan, tahun ini STTB akan merayakan Dies Natalis ke-30. Salah satu karakteristik dasar yang terus mewarnai pendidikan teologi di STTB adalah kombinasi antara aspek akademis dan pastoral training untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas pastor-scholar yang berkarya bagi pekerjaan Tuhan di tengah konteks perkotaan. Visi dan spirit yang misioner dalam kerangka teologi Reformed Injili, di tengah konteks ke-Indonesia-an dan konteks gereja-gereja Tionghoa, menjadi karakteristik, kerangka dasar dan spirit yg diwariskan oleh para pendiri, Pdt. Dr. Dorothy Marx (Alm.), Pdt. Caleb Tong (Alm.), dan Pdt. Joseph Tong, serta Dekan Akademik pertama, Pdt. Daniel Lucas Lukito (Alm.).
Visi dan spirit yang misioner tersebut terus mewarnai perjalanan STTB selama tiga puluh tahun perjalanannya. Meskipun dalam perjalanannya banyak menempuh jalanan yang terjal dan berliku, namun kontribusi pendidikan teologi di STTB bagi pekerjaan Tuhan terus berlangsung hingga hari ini. Lebih dari seribu alumni telah dihasilkan dan melayani di berbagai gereja dan parachurch di seluruh Indonesia dan kota-kota lain di Asia. Dalam satu survei yang diikuti sepertiga dari jumlah total alumni tampak bahwa 61% alumni melayani di gereja, 16% di sekolah dan universitas, 8% di STT, sisanya tersebar di lembaga-lembaga parachurch dan marketplace.