Pendidikan Teologi yang Holistik & Transformatif
Setelah lima tahun mata kuliah Teologi Kerja diajarkan di prodi-prodi STTB muncul pola yang menarik untuk diamati. Di kelas M.Min. Marketplace materi yang dipelajari sejak hari pertama langsung disambut dengan antusias oleh peserta kuliah yang umumnya adalah para profesional dan pengusaha Kristen. Mereka mendapati landasan pemahaman Alkitab yang kokoh, menunjukkan bagaimana pekerjaan mereka terkait erat dengan pekerjaan Allah di tengah dunia. Bukan sekedar sebagai platform untuk mencari kesempatan memberitakan Injil secara verbal. Melainkan pekerjaan mereka betul-betul seperti yang dikatakan oleh Martin Luther sebagai “jari-jemari Allah” yang memelihara hidup orang banyak, dan sekaligus menyatakan cicipan kehidupan yang dipulihkan oleh karya penebusan Kristus.
Tidak kalah menarik adalah respon terhadap mata kuliah yang sama ketika diajarkan di kelas M.Th. Dua hari pertama seringkali menjadi hari pergumulan. Hari ketiga diwarnai “pertobatan”. Hari terakhir diwarnai penyesalan “Kenapa tidak dari dulu saya belajar hal ini di S.Th./M.Div.?!” Mereka lulusan dari berbagai STT di tanah air, dan umumnya sudah melayani di gereja lebih dari lima atau sepuluh tahun.
SSD (Sacred-Secular Divide) merupakan satu problem bersama secara global yang dihadapi STT-STT dan gereja-gereja. Sedemikian masifnya permasalahan ini sehingga ICETE (International Council for Evangelical Theological Education) dalam konferensi globalnya yang diadakan pada tahun 2018 berupaya merespon hal ini dengan tema “Sacred-Secular Divide in Theological Education”. Upaya untuk menemukan jalan keluar dari situasi kronis ini sejalan dengan apa yang dilakukan LICC bersama Langham melalui serangkaian workshop kolaboratif yang melibatkan para pemimpin STT dalam skala global di London, maupun regional di Kolombia (Amerika Latin), Kenya (Afrika), dan Singapura (Asia).