English English Bahasa Indonesia Indonesia
22 March 2022

Integrasi Iman dan Ilmu: Menuju pendekatan yang lebih holistik

Oleh Sarinah Lo, Ph.D.

Ketua Bidang Studi Magister Pendidikan Kristen
Integrasi iman dan ilmu atau umum dikenal dengan istilah integration of faith and learning (selanjutnya disingkat integrasi) adalah topik yang popular di kalangan pendidik Kristen, baik di ranah pendidikan dasar maupun perguruan tinggi. Integrasi tidak lagi sekedar ide ataupun konsep abstrak, tetapi para tokoh dan pendidik Kristen berusaha menerjemahkannya ke dalam pembelajaran di kelas

Selengkapnya

Integrasi iman dan ilmu atau umum dikenal dengan istilah integration of faith and learning (selanjutnya disingkat integrasi) adalah topik yang popular di kalangan pendidik Kristen, baik di ranah pendidikan dasar maupun perguruan tinggi. Integrasi tidak lagi sekedar ide ataupun konsep abstrak, tetapi para tokoh dan pendidik Kristen berusaha menerjemahkannya ke dalam pembelajaran di kelas. Ada yang memahami integrasi dengan menambahkan ayat-ayat ke dalam topik-topik pelajaran. Ada juga yang menambahkan ibadah, doa, renungan pagi, dan renungan sebagai manifestasi integrasi. Apakah sebenarnya esensi integrasi? Bagaimanakah asal usul dan konteks historisnya? Bagaimanakah konsep dan model integrasi yang sering diperbincangkan dalam dunia akademik? Bagaimanakah implementasinya?

Awal mula integrasi sulit untuk ditelusuri. Karya klasik Agustinus De Doctrina Christiana pada abad ke- 5 telah memperkenalkan adanya konsep kesatuan kebenaran (unity of truth). Tetapi istilah integrasi menjadi popular pada tahun 1950-an setelah dipromosikan oleh beberapa tokoh Injili seperti Frank E. Gaebelein, Arthur Holmes, dan Carl Henry. Kemudian berkembang menjadi suatu gerakan pada tahun 1970-an di dalam konteks pendidikan dasar dan perguruan tinggi Kristen di Amerika. Konsep dan gerakan integrasi tidak saja di terima oleh pendidikan Kristen di Amerika tetapi juga di Afrika dan Asia, karena dianggap sebagai penawar bagi pendidikan yang telah menjadi sekuler, dimana terjadi pemisahan antara pendidikan dan iman.

 

Di Indonesia, para pendidik Kristen berkenalan dengan integrasi lewat studi lanjut yang mereka lakukan di Amerika, atau mengikuti program kegiatan lembaga-lembaga pendidikan berbasis Amerika seperti ACSI, INCHE, Kuyers Institute, dan De Vries Institute.

 

Para tokoh pemikir dan penggerak pendidikan Kristen memaknai integrasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda. William Hasker (1992) mendenisikan integrasi sebagai tugas ilmiah yang bertujuan untuk memastikan dan mengembangkan hubungan integral antara iman Kristen dan disiplin ilmu yang ditekuni. Harold Heie (2007) memandang integrasi sebagai tugas mengajukan pertanyaan mendasar integrasi di mana guru dan murid mencari jawabannya dengan mengacu kepada iman Kristen dan disiplin ilmu tersebut. Sedangkan Robert Harris (2004) menekankan integrasi dari aspek Wawasan Kristiani (Christian worldview) di mana Alkitab bertindak sebagai lensa untuk mengevaluasi asumsiasumsi setiap keilmuan untuk menilai apakah hubungan keduanya kompatibel atau tidak.

 

Mengenai model integrasi, kerangka awal dikembangkan oleh Arthur Holmes (1987) menjadi empat pendekatan integrasi: pertama, attitudinal approach, di mana pembelajar menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran berlandaskan komitmen iman dan teologi seseorang; kedua, ethical approach, yaitu iman Kristen sebagai panduan etika bagi ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah; ketiga, foundational approach, yaitu meneliti dan mengevaluasi dasar-dasar filosofi suatu disiplin ilmu dan keempat, worldview approach, di mana wawasan dunia seseorang dibentuk oleh iman Kristen yang akhirnya menyediakan kerangka berpikir untuk menilai disiplin ilmu yang ditekuni. Model pendekatan integrasi popular lainnya dikembangkan oleh Ronald Nelson (1987) dan William Hasker (1992).

 

Implemenasi kerangka teoritis dan model integrasi tidaklah mudah. Banyak pendidik Kristen terjebak dengan apa yang dinamakan oleh David Wolfe (1987) sebagai pseudo-integration. Integrasi semu adalah bentuk-bentuk integrasi yang supersial, termasuk di dalamnya integrasi iman dinyatakan dalam bentuk ilustrasi, renungan, atau apologetik kebenaran spiritual. Misalnya, seorang guru matematika menerangkan bahwa “dua tambah dua hasilnya selalu empat, demikian juga Allah, selalu sama.”

Contoh lain adalah menambahkan ayat-ayat tertentu ke dalam setiap topik pembelajaran, atau memberi contoh-contoh pelajaran memakai tokoh atau kejadian di Alkitab, seperti pelajaran literasi A melambangkan Abraham, Ananias, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana, implementasi integrasi yang sesungguhnya? Di dunia Barat, terutama Amerika sangat menekankan integrasi dari segi kognitif-abstrak dimana integrasi seorang pendidik Kristen menilai dan mengevaluasi asumsi-asumsi losos suatu disiplin ilmu dari sudut pandang biblika-teologis. Hal ini ironis, di mana tujuan integrasi adalah menyatukan yang terpisah, tetapi pendekatan dipakai—menekankan aspek kognitif—menimbulkan fragmentasi. Ditambah lagi, penelitian empirikal integrasi selama 20 tahun terakhir ini, hampir semuanya dilakukan dalam konteks Amerika.

Melihat kebutuhan tersebut, perlu diadakan pengembangan model maupun studi empiris integrasi yang lebih holistik dalam konteks non-Barat, secara khusus konteks di Indonesia. Pendekatan integrasi yang holistik meliputi tiga aspek: pertama adalah aspek being, dimana hidup dan vokasi pendidik Kristen dibentuk oleh keyakinan, komitmen, dan relasi yang dinamis dengan Tuhan dan komunitas orang percaya (Yoh 15:5; Yoh 13:1-7, Ibr 10:19-25); kedua adalah aspek knowing, yaitu memahami isi (content) dasardasar keyakinan iman Kristiani dan disiplin ilmunya, serta mencari dan mengembangkan hubungan antar keduanya; ketiga adalah doing, di mana iman mengarahkan pendidik Kristen dalam merancang pembelajaran, interaksi kelas, pemilihan pedagogi, pemberian tugas, dan evaluasi pembelajar. Penelitian yang mencakup ketiga aspek tersebut telah saya lakukan pada tahun 2017-2018 dan hasilnya telah diterbitkan oleh Langham Publishing dengan judul buku “Faith-integrated being, knowing, and being” (2020). Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian ini dapat di akses di Amazom.com atau Langham Publishing.com.

Sebagai penutup, integrasi iman dan ilmu adalah area yang masih terbuka luas untuk dieksplorasi, baik dalam segi konseptual, model pendekatan, maupun strategi implementasi di kelas. Oleh karena itu, saya mengajak para intelektual Kristen di Indonesia untuk mengembangkan hal ini, baik lewat penelusuran literatur maupun penelitian empiris.

Posting Terkait

Buletin #54 September 2023

Pendidikan Teologi yang Holistik & Transformatif Setelah lima tahun mata kuliah Teologi Kerja diajarkan di prodi-prodi STTB muncul pola yang menarik untuk diamati. Di kelas M.Min. Marketplace materi yang dipelajari sejak hari pertama langsung disambut dengan...

read more
Buletin STTB #52 Agustus 2023

Buletin STTB #52 Agustus 2023

Equiping The Whole Church for The Whole World! Edward Farley (1983) memetakan pendidikan teologi dalam sejarah gereja ke dalam tiga model dasar, yaitu: model biara (formasi spiritualitas dalam komunitas), model universitas (akademis), dan model klerikal (pendidikan...

read more